Selasa, 19 Juni 2012

Sayang, Cinta Ini Putih

Cinta ini seputih salju pada dongeng-dongeng yang diceritakan ibu melalui buku lusuh tentang peri-peri dari negeri antah berantah. Hanya saja beberapa kali kita mencoba, dengan sengaja atau tidak mewarnainya dengan biru langit, hitam amarah atau coklat asmara.

Cinta ini seteduh pohon berdaun lebat yang ditanam ayah di depan rumah beberapa tahun yang lalu. Katanya itulah cinta sejati yang meneduhkan. Daunnya hijau, menyejukkan mata kita. Membersihkan paru-paru yang kerap terkotori sekam dendam. Bara curiga atau nyala praduga.

Sayang!
Perasaan ini semurni embun yang perlahan jatuh di subuh hari. Bulir-bulirnya mendinginkan jiwa-jiwa yang tercekoki tuak penghapus kesadaran. Sayangnya mentari terlalu pagi datang, embun-embun beterbangan ke awan. Berulang kali aku berusaha mengejar, mengepakkan sayap yang kau beri. Tapi aku harus menunggu esok. Mereka pasti kembali. Mereka tak akan ingkar ikrar. Aku yakin.

Sayang!
Cinta ini tetap putih meski ada gelisah yang perlahan-lahan menjelma embrio. Benih-benihnya kerap kau tanam di antara gurat-gurat masalah, di antara kita. Ingin aku menggugurkannya sebelum ia terlahir. Tapi kunanti ia, sehebat apa dia bisa merobohkan tugu rindu ini.

Cinta ini putih, seputih awan-awan yang berjenak-jenak jenaka melukis wajahmu. Hingga senja adalah ruang yang kutunggu untuk menatapmu. Di langit. Kadang ia berubah jingga, bila aku terlambat. Kadang ia berubah kelam bila hujan ingin hadir. Mencium bumi.

Akh. Anggap saja cinta ini putih bahkan jika aku kehabisa bahasa, merayumu!


http://www.dearpoems.com/2012/03/sayang-cinta-ini-putih.html

Di Kamar Pemilik Rindu


Kami adalah pemilik rindu yang berdiam diri di kamar pengap
bersusun-susun menghitung hari ke belakang
mengintip detik, menit dan hari-hari serta tahun-tahun yang terbengkalai untuk sekedar menunggu
Menunggumu!

Ya, kami hanya menunggu sepatah ucap
menunaikan seikat harap yang kami letakkan di sudut bibirmu
kami bukan pengemis, hanya terlalu sabar menanti jawab

Kami adalah sekumpulan wajah-wajah cemas
yang menanti dengan rindu
rindu sekali
pada tatap tatap teduh yang biasa kau sajikan di setiap perjamuan, setiap pertemuan

Disini, di kamar pemilik rindu ini biasanya kami rebah menatap langit-langit
bercengkerama dengan terpaksa
bercerita tentang gadis-gadis pujaan yang entah sampai kapan menggantung sapu tangan biru
di depan pintu, semoga bukan hanya sebagai penghapus pilu nan ngilu

Kamar ini adalah labirin yang memenjarakan orang-orang seperti kami
tak ada celah untuk keluar
bahkan melihat cahaya semesta
kami terperangkap, di kamar yang kau sediakan buat menunggu
padahal kami hanya menungg satu
Jawabmu!

Tentang cinta yang kami tawarkan
tentang kasih sayang yang kami obral ke depan matamu
lalu kau hanya tersenyum, melempar desis
melukis luka, di dada


kutipan http://www.dearpoems.com/2012/04/di-kamar-pemilik-rindu.html

Senin, 18 Juni 2012

KEGELISAHAN

aku enggak tau harus seperti apa
begitu banyak hal yang aku pendam
semua ku jalani dengan apa yang sanggup aku lakukan,
aku akan selalu tetap tersenyum-dan terus tersenyum
meski sesak dada ini menahan semua hantaman jiwa

ingin ku menangis
ingin ku teriak
namun itu pun aku tak sanggup

oh.. tuhan ku yang maha kuasa atas hambamu ini
mungkin aku bersalah padamu
aku sadar ...
namun ingin ku menggerakan kaki ku
aku tak sanggup

bantu aku ya Tuhanku...
hanya enggkau tempat membuatku tenang